Lukisan Gua Tertua di Dunia Ada di Sulawesi, Ada Gambar Tiga Ekor Babi Kutil di Leang Tedongnge
Tim arkeologi gabungan Australia Indonesia, menemukan lukisan kuno yang diyakini tertua di dunia. Hasil analisa karbon menunjukkan, lukisan di gua atau Leang Tedongnge, Sulawesi Selatan, diperkirakan berumur 45.500 tahun. Kawasan gua karst ini terletak di wilayah Maros dan Pangkep. Hasil riset dipublikasikan di jurnal Science Advances dalam judul “Oldest Cave Art Found in Sulawesi”, Kamis (14/1/2021).
“Sepengetahuan kami, lukisan binatang di Leang Tedongnge ini memperlihatkan karya seni paling awal di dunia,” kata Adam Brumm dari Griffith University, Australia dikutip situs Haaretz.com. Lukisan di gua Tedongne ini menunjukkan tiga ekor babi kutil khas Sulawesi. Satu lukisan masih tampak utuh, dua sisanya mulai aus. Dari temuan lukisan ini, diperkirakan Leang Tedongne jadi hunian kelompok manusia modern (homo sapiens) yang bermigrasi melewati pulau Sulawesi.
Pada 2019, lukisan mural perburan binatang juga ditemukan di Leang Bulu Sipong, di lokasi yang berdekatan. Umur lukisan itu diperkirakan 44.000 tahun. Adam Brumm menjelaskan, analisa pertanggalan karya seni prasejarah itu menggunakan analisa uranium. Selain di Leang Tedongnge, Adam Brumm yang memimpin penelitian juga menemukan lukisan serupa di Leang Balangajia. Umur lukisan gua di tempat ini sekitar 32.000 tahun.
Hasil analisa pertanggalan ini juga mengindikasikan, kawasan yang sama jadi tempat singgah atau hunian manusia prasejarah dari kelompok homo modern (homo sapiens). Dalam kurun beberapa tahun terakhir, penelitian arkeologis prasejarah di Sulawesi, memperlihatkan ada sekitar 300 gua memiliki jejak hunian purba. Berdasar laporan penelitian Adam Brumm dan kawan kawan ini, kalangan sejarah dan arkeologi harus mengubah pemahaman mereka tentang lukisan figuratif paling awal dari masa prasejarah.
Selama ini, lukisan gua paling awal diyakini ada di Eropa, yaitu lukisan gua di Chauvet dan Lascaux, Prancis. Usia lukisan di dua gua ini ditaksir berumur 30.000 tahun. Lukisan serupa ditemukan di sebuah gua di Jerman dan negara bagian Basque di Spanyol. Lukisan lukisan di gua itu diyakini dibuat kelompok manusia purba Neanderthal, bukan dari kelompok manusia modern (homo sapiens).
Lukisan di beberapa gua di Eropa itu belum menunjukkan karakter figuratif, dan hasil analisa karbon menunjukkan usia sekitar 65.000 tahun. Di Afrika Selatan, pernah ditemukan jejak gambar di gua yang menunjukkan seni abstrak, berumur 73.000 tahun. Para ahli sejarah menyebutnya semacam tanda tagar kuno (hastag). Penemuan lukisan figuratif berusia 45.500 tahun di Sulawesi ini memunculkan pertanyaan, kapan kelompok awal manusia modern mencapai Sulawesi.
Manusia modern (homo sapien) diyakini keluar Afrika, memulai penjelajahannya sekira 300.000 tahun lalu. Jika menggunakan data Leang Tedongne, besar kemungkinan kelompok awal manusia modern mencapai Sulawesi terlebih dulu ketimbang daratan Eropa. Penulis Haaretz.com, Ruth Schuster, menyebut, di kalangan sejarah Israel, kelompok manusia modern pertama kali meninggalkan Afrika sekitar 200.000 tahun lalu.
Jejak kehadiran mereka ditemukan di Israel dan Yunani. Namun Sulawesi memiliki keunggulan jejak kepurbaan lebih kuat. Daerah ini diduga pernah jadi persinggahan atau hunian sementara kelompok manusia purba, sekitar 200.000 tahun sebelumnya. Indikasinya dari temuan jejak peralatan prasejarah berupa peralatan batu. Fosil megafauna juga ditemukan di wilayah ini.
Alat alat batu itu mengindikasikan kesamaan dengan peralatan homo arkaik, yang ditemukan di Afrika dan Eropa. Menurut Ruth Schuster, lukisan figuratif sosok binatang babi berukuran lebar sekitar 4,5 meter memberi pesan hewan itu yang paling banyak diburu untuk bahan konsumsi kelompok homo sapiens saat itu. Selain babi kutil, ada hewan khas Sulawesi, Anoa. Di gua gua lain, lukisan serupa ditemukan, menggambarkan hewan babi dan banteng (wild ox).
Usianya rata rata sekira 40.000 tahun. Sama dengan lukisan gua yang ditemukan di kawasan karst Kalimantan Timur beberapa tahun lalu. Bahan untuk melukis binatang ini berupa oker berwarna kemerahan gelap. Di Leang Todongne dilukis di dinding belakang gua. Satu sosok lukisan babi berukuran panjang 136 cm dan tinggi 54 cm. Babi kutil termasuk hewan besar berkaki kuat tapi pendek. Dari jejak lukisannya, ada tiga ekor babi kutil digambarkan saling berhadapan.
Para pelukis atau seniman kunonya seolah bermaksud menggambarkan interaksi sosial antarbabi kutil itu. Di Leang Balangajia, gua lain di kawasan karst Maros. Sulawesi Selatan, lukisan babi kutil Sulawesi dibuat lebih besar ukurannya. Panjangnya 187 cm dan tinggi 110 cm. Umur lukisan di lokasi ini lebih muda ketimbang lukisan kuno di Leang Todongne.
Babi kutil memiliki ciri khas, yaitu terdapat kutil di bagian wajah. Para arkeolog berpendapat, lukisan di kedua gua ini memiliki ciri ciri itu. Yaitu, jambul kepala runcing diwakili garis putus putus dan terutama tonjolan seperti tanduk yang terdapat di area moncong. Babi kutil masih bisa ditemukan di pulau ini, sama halnya jenis babi lain, babi rusa.
Sulawesi diduga pernah memiliki babi hutan raksasa, namun telah punah sebelum homo sapiens tiba di pulau ini.