Ajudan Suu Kyi Ditangkap saat Anggota Parlemen Mengadakan Pertemuan Simbolik
Win Htein, ajudan Aung San Suu Kyi ditangkap pada Jumat (5/2/2021), beberapa hari setelah kudeta Myanmar. Win Htein, (79) mengkonfirmasi penangkapannya dalam wawancara singkat dengan kantor berita Reuters. Htein menerangkan, dia dibawa oleh petugas polisi dengan mobil dari Yangon ke Ibu Kota, Naypyidaw.
Dia tidak mengatakan tuduhan apa yang bisa dia hadapi. "Kami telah diperlakukan buruk terus menerus untuk waktu yang lama. Saya tidak pernah takut pada mereka karena saya tidak melakukan kesalahan apa pun sepanjang hidup saya," katanya. Penangkapan itu terjadi setelah jalan jalan di kota terbesar Myanmar dipenuhi suara orang membenturkan pot dan membunyikan klakson mobil untuk menyuarakan penentangan mereka terhadap kudeta.
Sekira 70 anggota Parlemen Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Aung San Suu Kyi juga menentang militer pada Kamis (4/2/2021), ketika mereka mengadakan Parlemen simbolis di kompleks mereka di Ibu Kota Naypyidaw, menandatangani janji bahwa mereka akan melayani rakyat. Militer merebut kekuasaan pada Senin (1/2/2021), menahan Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint serta menghentikan tiba tiba persekutuan yang tidak nyaman dengan demokrasi yang telah mengikuti puluhan tahun pemerintahan militer yang menindas. "Win Htein, yang dianggap sebagai tangan kanan Aung San Suu Kyi, ditangkap dari rumah putrinya di mana dia tinggal pada tengah malam (di Yangon)," kata Kyi Toe, seorang petugas pers NLD.
Pendukung NLD adalah tahanan politik lama, yang telah menghabiskan waktu lama keluar masuk penahanan karena berkampanye melawan kekuasaan militer. Menjelang penangkapannya, Win Htein mengatakan kepada media lokal berbahasa Inggris bahwa kudeta militer "tidak bijaksana", dan para pemimpinnya "telah membawa (negara) ke arah yang salah". "Setiap orang di negara ini harus menentang sebanyak mungkin tindakan yang mereka upayakan untuk membawa kita kembali ke titik nol dengan menghancurkan pemerintah kita," katanya kepada Frontier Myanmar setelah kudeta tersebut.
Aung San Suu Kyi, yang dituduh mengimpor peralatan telekomunikasi secara ilegal melalui beberapa walkie talkie yang ditemukan di rumahnya, tidak terlihat di depan umum sejak Senin. Menurut Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik, sebuah kelompok yang berbasis di Yangon yang memantau penangkapan politik di Myanmar, lebih dari 130 pejabat dan politisi telah ditangkap sehubungan dengan kudeta tersebut. Penyedia telekomunikasi di negara itu juga telah diperintahkan untuk membatasi Facebook, sarana utama mengakses internet dan komunikasi bagi jutaan orang di Myanmar.
Dengan Facebook tertahan, lebih banyak orang Myanmar telah pindah ke Twitter dalam beberapa hari terakhir atau mulai menggunakan layanan VPN untuk melewati pemblokiran. Tagar yang menentang kudeta, termasuk #HearTheVoiceofMyanmar dan #RespectOurVotes, menjadi tren di Twitter di Myanmar pada hari Jumat, dengan lebih dari tujuh juta postingan mengutipnya.